Senin, 03 Oktober 2011

tugas mata kuliyah psikologi


Ada berbagai rumusan yang dikemukakan orang dalam upaya menjawab pertanyaan dengan melihat pendidikan dari salah satu aspek kehidupan tertentu atau kacamata disiplin keilmuan tertentu. Misalnya pandangan sosiologik melihat pendidikan dari aspek sosial antara lain mengartikan bahwa Pendidikan adalah sebagai usaha mentransformasikan pengetahuan dari generasi kegenerasi.Pandangan lain di lihat dari aspek budaya menyebutkan bahwa pedidikan itu adalah sebagai usaha pemindahan pengetahuan dan nilai – nilai kepada generasi berikutnya. Sedangkan pandangan Psikologik melihat pendidikan dari aspek tingkah laku individu, antara lain mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secara optimal. Pandangan dari sudut ekonomi antara lain melihat bahwa pendidikan itu adalah sebagai usaha penanaman modal insan (Human Investmen), dan yang terakhir dilihat dari sudut pandang politik antara lain melihatnya sebagai pembinaan usaha kader bangsa.
                  Dari uraian diatas kita dapat menarik benang merahnya bahwa pendidikan itu adalah suatu kebutuhan yang akan menjamin kelangsungan hidup bagi setiap manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya proses dari pendidikan itu sendiri dimana pada masa sekarang ini, seseorang yang berpendidikan akan memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan dalam masyarakat.
Nah, untuk mendukung hal tersebut tentunya diperlukan metode-metode ataupun cara-cara yang akan membuat peserta didik mampu menyerap dan memahami materi apa yang akan kita sampaikan yang nantinya kapasitas kita tentu saja akan menjadi seorang pendidik. Selain dengan metode atau cara-cara yang efektif kita juga harus mampu memahami peserta didik secara personal maupun secara kelompok.
                Dalam ilmu psikologi bahwa manusia mengalami masa perkembangan mulai dari anak-anak,remaja,hingga dewasa.Dalam dunia pendidikan tingkat menengah  (SMP/SMA )  perkembangan anak terletak pada masa usia remaja dimana pada masa ini tingkat perkembangan jiwanya masih labil dan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya,karena mereka tengah mencari identitas atau jati dirinya.Fuhrmann(dalam Saam .2010:31) mengatakan dalam pembentukan identitas diri remaja akan mengalami kerisis yaitu mengalami kebingungan atau kekacauan dalam menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang dihadapi,masalah hubungan sosial,masalah emosional dan masalah belajar.
                 Guru merupakan komponen yang terpenting dalam pendidikan,bahkan guru dapat juga dikatakan sebagai orang tua kedua setelah ibu dan bapaknya didalam rumah tangga yang  mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pembelajaran dan pemberian bimbingan kepada peserta didik,sehingga seorang guru harus mampu menjadi orang tua yang baik disekolah.Pekerjaan seorang guru adalah perkerjaan propesional yang memerlukan informasi  dan teori-teori baru agar tidak ketinggalan (Saam :2010 : 6) menyatakan caranya antara lain :
1.Bertanya kepada guru-guru senior
2.Bertanya kepada pendidik
3.Membaca buku-buku pendidikan dan psikologi
4.Membaca majalah propesional
5.Membaca-jurnal-jurnal penelitian
6.mengikuti pertemuan ilmiah,seminar dan lokakarya
7.Mengikuti kegiatan organisasi profesi pendidikan seperti KKG dan MGMP          
                      Selain hal diatas sebagai seorang guru yang sangat menentukan keberhasilan siswa dikelas dalam proses pembelajaran,guru harus  memiliki keterrampilan ,diantaranya adalah keterampilan berkomunikasi dengan siswa dalam proses pembelajaran Saam (2010 : 38 ) menyatakan seorang guru harus memiliki keterampilan personal yaitu :
A.Komunikasi Verbal ( Komunikasi berupa kata-kata/lisan).
               Dale Garnegie (dalam Saam :2010 : 39 ) agar komunikasi berkualitas menyebut 12 prinsip sebagai berikut :
1.  menghindari perdebatan
2.  menghargai pandangan orang lain,dan jangan mengatakan “anda salah “
3.  akui kesalahan dengan segera dan sepenuh hati bila anda salah
4.  memulai dengan bersahabat
5.  membuat orang lain segera mengatakan “ya”
6.  membiasakan orang lain berbicara lebih banyak
7.  membiarkan orang lain bahwa itu adalah gagasannya
8.  memandang sesuatu dari sudut pandang lawan berbicara
9.  menunjukan simpati atas gagasan orang lain
10.mengajak orang berpikir motif yang lebih tinggi
11.mendramatisasi gagasan anda sendiri
12.menyampaikan suatatu tantangan
B.Komunikasi Non Verbal ( perilaku selain kata-kata )
                  Komunikasi non verbal mempunyai sejumlah fungsi yaitu mengekspresikan emosi dan sikap,menyamakan percakapan dan melengkapi pembicaraan .komunikasi non verbal terdiri dari :
1.ekspresi wajah
2.tatapan mata
3.belaian
4.bersalaman
5.posisi dan jarak duduk
6.anggukan kepala                                                                                                                                     Salah  satu indikator keberhasilan pendidikan secara mikro di tataran  pembelajaran level kelas adalah tatkala seorang guru mampu membangun motivasi belajar para siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka sesulit  apa pun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya niscaya mereka akan menjalaninya dengan "enjoy" dan "pede". 










BAB II
PEMBAHASAN
                  Tulisan ini mencoba mengangkat apa itu motivasi, belajar, dan pentingnya      motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
A.PengertianMotivasi
                  Banyak pakar yang merumuskan defenisi motivasi sesuai dengan kajian yang diperdalminy. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian, ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini dideskripsikan beberapa kutipan
pengertian 'motivasi'.
 Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70) menyebutkan 'motivasi' sebagai
"kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki".
 Menurut Dadi Permadi (2000: 72) 'motivasi' adalah "dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif".
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Lantas, Nasution (2002: 58), membedakan antara 'motif' dan 'motivasi'. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.
                  Berdasarkan deskripsi  'motivasi'Penulis  menyimpulkan bahwa “Motivasi “:segala yang dapat mendorong sesorang untuk melakiukan sesuatu atau kegiatan atau usaha seseorang untuk memberikan dorongan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”.
                 Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi)
B.Pengertian Belajar
                  Banyak definisi yang diberikan tentang 'belajar'. Misalnya Gage (1984), mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya.
Cronbach mendefinisikan belajar: "learning is shown by a change in behavior as a result of experience" (belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu sebagai hasil pengalamannya). Harold Spears mengatakan bahwa: learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction" (belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti arahan). Adapun Geoch, menegaskan bahwa: "learning is a change in performance as result
of practice." (belajar adalah suatu perubahan di dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik).
Kemudian, menurut Ratna Willis Dahar (1988: 25-26), "belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman". Paling sedikit ada lima macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar: Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memeroleh kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi. Bentuk semacam ini disebut responden, dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua, belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini banyak kali kita alami. Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari 'drill' dan belajar  stereotipe-stereotipe.
Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional. Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan insight, belajar menyelami pengertian.
Akhirnya, Depdiknas (2003) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam
membangun gagasannya.
                  Dengan kata lain, partisipasi guru harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan guru. Misalnya, bila siswa bertanya tentang sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain, sebelum guru memberikan bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya, "Pak/Bu, apakah tumbuhan punya perasaan?" Guru yang baik akan mengajukan balik pertanyaan itu kepada siswa lain sampai tidak ada seorang pun siswa dapat menjawabnya. Guru kemudian berkata, "Saya sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana jika kita melakukan percobaan?".
                  Jadi, berdasarkan deskripsi di atas,menurut penulis 'belajar' dapat dirumuskan sebagai proses peniruan,penerimaan informasi baik secara langsung(pengalamannya sendiri) maupun tidak   (informasi dari oranglain ) sehingga siswa mampu membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru; baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.
                  Setelah kita memahami pengertian motivasi dan belajar,maka tugas seorang guru dikelas bagaimana usahanya untuk memotivasi para siswa agar mereka tertarik dan menyenangi setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, proses ini akan membuat peningkatan prestasi belajar siswa akan semakin baik. Dalam kegiatan pembelajaran pemberian motivasi sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas kegiatan siswa sehingga siswa dapat memusatkan pikiran .perasaan serta emosionalnya terhadap pembelajaran yang akan kita laksanakan didalam kelas.
Gage dan Berliner (1984) mengungkapkan, tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut. Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran.
                  Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar. Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti berdetak. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya. 
                  Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam memo-
tivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan sardiman (2005 : 92-94)   yaitu sebagai berikut :                                                                                                                                                                                                                        1.Memberi  Angka
                    Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
2. Hadiah
                  Hadiah dapat menjadi motivasi yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.
3. Kompetisi
                  Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.
4. Ego-involvement
                  Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi.
5. Memberi Ulangan
             Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.
6. Mengetahui Hasil
                  Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
7. Pujian
                   Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi  belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8. Hukuman
              Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.
                   Hal senada juga diungkapkan oleh  Fathurrohman dan Sutikno (2007: 20) motivasi siswadapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu:
a). Menjelaskan tujuan kepada peserta didik.
              Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b). Hadiah.
               Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c). Saingan/kompetisi.
              Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
         d). Pujian.
                Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.
e). Hukuman.
                  Hukuman akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.
f).  Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar.
                 Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain itu, guru juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa.
g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
                       Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal  belajar.
h) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun                            kelompok.
                   Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya.  Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk  mencatat dan  mempelajari materi yang telah disampaikan..
i)  Menggunakan metode yang bervariasi.
                   Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.
j) Menggunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
              Media yang baik dan menarik akan membantu proses belajar dan akan membantu guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran sehingga akan menarik perhatian siswa dalam belajar.











BAB III
KESIMPULAN
                  Dari hasil pembahasan tentang cara-cara meningkatkan motivasi belajar siswa dikelas dapat  disimpulkan sebagai berikut:
1.Dalam proses pembelajaran dikelas,agar siswa termotivasi untuk mengikuti proses    pembelajaran,maka sebagai seorang guru harus memiliki keterampilan,dalam menyampaikan materi ajar maupun dalam pengelolaan,serta memahami setiap perkembangan yang terjadi pada setiap siswa,sehingga nanti seorang guru akan memberikan pelayanan yang tepat sehingga siswa akan termotivasi dalam belajar kemudian ini akan berakibat meningkatnya prestasi belajar siswa.
2.Dalam upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,guru harus menentukan cara-cara yang tepat agar siswa benar-benar termotivasi,sehingga  peroses  pembe –
   belajaran didalam kelas berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.   
3.Seorang guru yang baik,tidak hanya mentrasperkan pengetahuan kepada siswa,
 Dimana siswa sebagai pendengar yang baik.sehingga diharapkan seluruh siswa ikut   terlibat dalam proses pembelajaran.Guru disini sebagai motivator dan fasilisator dalam kegiatan proses pembelajaran.
   
                                   

DAFTAR PUSTAKA.
Saam,Zulfan.2010.Psikologi Pendidikan.Pekanbaru : UR Press
Sardiman,A.M.1990.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta : CV.Rajawali
Purwanto,Ngalim.1998.Psikologi Pendidikan.Bandung :PT.Remaja Rosda Karya
Nasution,S.1995.Dikdaktik Asas Asas Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara
Sabri,M.Ali.2001.Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan.Jakarta :                 CV.Pedoman Ilmu Jaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar