Rabu, 28 Desember 2011

TUGAS INDIVIDU MATA KULIYAH

TUGAS INDIVIDU MATA KULIYAH
KEPIMPINAN DAN PRILAKU ORGANISASI
GAYA KEPEIMPINAN KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 3 RUPAT
KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS
DOSEN : Drs. SUMARNO,M.Pd,M.Si








OLEH
RAMDANI
KELAS : D (DUMAI)
E.mail : rdhan75@gmail.com

PROGRAM PASCA SARJANA
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2011




BAB I
PENDAHULUAN

Menurut kodrat serta irodatnya bahwa manusia dilahirkan untuk menjadi pemimpin. Sejak Adam diciptakan sebagai manusia pertama dan diturunkan ke Bumi, Ia ditugasi sebagai Khalifah fil ardhi. Sebagaimana termaktub dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 30 yang berbunyi : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat”; “Sesungguhnya Aku akan mengangkat Adam menjadi Khalifah di muka Bumi”.
Menurut Bachtiar Surin yang dikutif oleh Maman Ukas bahwa “Perkataan Khalifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk menyampaikan atau memimpin sesuatu”.(Maman,Ukas :1999:253)
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa manusia telah dikaruniai sifat dan sekaligus tugas sebagai seorang pemimpin. Pada masa sekarang ini setiap individu sadar akan pentingnya ilmu sebagai petunjuk/alat/panduan untuk memimpin umat manusia yang semakin besar jumlahnya serta komplek persoalannya. Atas dasar kesadaran itulah dan relevan dengan upaya proses pembelajaran yang mewajibkan kepada setiap umat manusia untuk mencari ilmu. Dengan demikian upaya tersebut tidak lepas dengan pendidikan, dan tujuan pendidikan tidak akan tercapai secara optimal tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya dalam kegiatan manajemen pendidikan diperlukan adanya pemimpin yang memiliki kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin.
Dalam sebuah lembaga pendidikan Pemimpin mempunyai peranan yang sangat penting maju mundurnya lembaga pendidikan tersebut.Di Sekolah dimana tempat penulis mengabdi SMP Negeri 3 Rupat yang dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah berdsarkan pengamatan penulis





dapat dilihat beberapa indikator gaya kepimpinan yang dimiliki kepala sekolah antara lain :
1.Dalam membuat peraturan kepala sekolah selalu melakukan musyawarah
Bersama guru
2.Dalam Penyusunan KTSP, RAPBS dilakukan secara bersama yakni
guru,karyawan serta mengundang perwakilan dari Komite Sekolah untuk
dibahas.
3.Memiliki sikap keterbukaan,terhadap guru dan karyawan sekolah
4.Tranfaransi dalam masalah keuangan sekolah
5.Kerja sama dengan komite sekolahyang harmonis dan saling keterbukaan
Dari indikator diatas maka dapat dilihat bahwa gaya kepimpinan yang dimiliki oleh kepala Sekolah SMP Negari Rupat.Dari gaya tersebut akan dapat telihatnya nanti pada suasana hubungan kerja antara kepala sekolah ,Guru dan karyawan sekolah.Untuk pembahasan yang lebih lanjut akan dibahas pada bab yang selanjutnya.






BAB II
TEORI GAYA KEPEMIMPINAN

A. Hakikat Pemimpin
“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan.”(Nanang Fatah:1996:88)
Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan suara arahan dan bimbingan yang jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat dengan mudah dan hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
B. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Dalam setiap realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi adanya suatu permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya, hal sebagaimana menurut G. R. Terry yang


dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1. Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership). Dalam system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2. Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership). Segala sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3. TIpe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership). Pemimpin otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
4. Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership). Pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5. Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership). Kepemimpinan ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6. Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership). Biasanya timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa



menimbulkan klik-klik dari kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya di mana ia ikur berkecimpung.(Maman,Ukas :1999:261-262)
Selanjutnya menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Otokratis, pemimpin yang demikian bekerja kerang, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati.
2. Demokratis, pemimpin yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan tujuannya. Agar setiap anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Laissezfaire, pemimpin yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
(Maman Ukas:1999:262-263 )
Berdasarkan dari pendapat tersebut di atas, bahwa pada kenyataannya tipe kepemimpinan yang otokratis, demokratis, dan laissez faire, banyak diterapkan oleh para pemimpinnya di dalam berbagai macama organisasi, yang salah satunya adalah dalam bidang pendidikan. Dengan


melihat hal tersebut, maka pemimpin di bidang pendidikan diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang pada akhirnya gaya atau tipe kepemimpinan yang dipakai oleh para pemimpin, terutama dalam bidang pendidikan benar-benar mencerminkan sebagai seorang pemimpinan yang professional
C.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan
Dalam melaksanakan aktivitasnya bahwa pemimpin dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif Nanang Fattah, sebagai berikut :
1.Kepribadian (personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin,
hal ini mencakup nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan
mempengaruhi pilihan akan gaya kepemimpinan.
2 Harapan dan perilaku atasan.
3.Karakteristik, harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap
apa gaya kepemimpinan.
4.Kebutuhan tugas, setiap tugas bawahan juga akan gaya pemimpin.
5.Iklim dan kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku
bawahan.
6.Harapan dan perilaku rekan.(Nanang Fattah:1996:88)
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah bahwa kesuksesan pemimpin dalam aktivitasnya dipengaruhi oleh factor-faktor yang dapat menunjang untuk berhasilnya suatu kepemimpinan, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.


Selanjutnya peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Sebagai pelaksana (executive)
2. Sebagai perencana (planner)
3. Sebagai seorangahli (expert)
4. Sebagai mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external
group representative)
5. Sebagai mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok
(controller of internal relationship)
6. Bertindak sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of
rewards and punishments)
7. Bentindak sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8. Merupakan bagian dari kelompok (exemplar)
9. Merupakan lambing dari pada kelompok (symbol of the group)
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya (surrogate for
individual responsibility)
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12. Bertindak sebagai seorang aya (father figure)
13. Sebagai kambing hitam (scape goat).(Purwanto :1981:38-39)
Berdasarkan dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin memiliki tugas yang embannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai berikut :
1. Menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan
kelompoknya.
2. Dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis
dan yang benar-benar dapat dicapai.
3. Meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak
mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan
khayalan.(Purwanto : 1981:39)


Tugas pemimpin tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan. Menurut Dharma, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Pengertian kepemimpinan juga diungkapkan oleh Soepardi yang dikutip Mulyasa menyebutkan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan bahkan menghukum (kalau perlu), serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien
Gibson et al dalam Tjiptono & Diana, memberikan definisi kepemimpinan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi motivasi atau kompetensi individu-individu lainnya dalam suatu kelompok.





Sedangkan dalam kaitannya dengan TQM, definisi yang diberikan Goetsch D.L dan Davis adalah bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk membangkitkan semangat orang lain agar bersedia dan memiliki tanggungjawab total terhadap usaha mencapai atau melampuai tujuan organisasi.
Dari beberapa pengertian tersebut setidaknya ada tiga implikasi penting yang saling berpengaruh dan berinteraksi yaitu :
a. Kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Tanpa
bawahan semua kualitas kepemimpinan seorang manager tidak relevan.
b.Kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak
seimbang di antara para pemimpin dan anggota kelompok. Karena
pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai
kegiatan para anggota kelompok, tetapi anggota kelompok tidak
dapat mengarahkan kegiatan pemimpin secara langsung.
c. Pemimpin dapat mempergunakan pengaruh, pemimpin bukan hanya
dapat memerintah bawahan tentang apa yang dikerjakan tetapi juga
dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melakukan perintah.
Kepemimpinan seseorang dapat dikatakan efektif manakala memiliki sifat-sifat kepemimpinan sebagaimana yang dikemukakan oleh Edwin Ghiseli. Ia mengatakan sifat kepemimpinan yang efektif adalah :
a. Kemampuan dalam kedudukannya sebagai pengawas (supervisory
ability) atau pelaksanaan fungsi - fungsi dasar manajemen ,
terutama pengarahan dan pengawasan pekerjaan orang lain.
b. Kebutuhan akan prestasi dalam pekerjaan, mencakup pencarian
tangggung jawab dan keinginan sukses.
c. Kecerdasan, mencakup kabijakan, pemikiran kreatif dan daya pikir.
d. Ketegasan (decisiveness), atau kemampuan untuk membuat keputusan-
keputusan dan memecahkan masalah-masalah dengan cakapdan tepat.
e. Kepercayaan diri, atau pandangan terhadap dirinya sebagai kemampuan



untuk menghadapi masalah.
f. Inisiatif, atau kemampuan untuk bertindak tidak tergantung
mengembangkan serangkaian kegiatan dan menemukan cara-cara baru
atau inovasi
Dari beberapa penjelasan diatas,bahwa peranan seorang pemimpin dalam sebuah organisasi merupakan hal yang sangat penting,karena ia sebagai seorang manajer.Ini terutama disebuah lembaga pendidikan dimana manusia sebagai bahan baku yang akan diproses untuk menciptakan sebuah pruduk yang berkualitas yakni menciptakan manusia yang mempunyai kualitas yang dapat dimanfaat kan untuk menghadapi kehidupannya , maka perlu seorang manajer (kepala sekolah) yang punya komitmen yang tinggi dan mempunyai gaya kepimpinan yang akan membuat semua komponen sekolah berkerja dengan baik untuk mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetatapkan.










BAB III
PEMBAHASAN


Kita menyadari keberhasilan sebuah lembaga pendidikan dalam mencetak produk yang berkualitas sangat diperlukan semua unsur dalam lembaga tersebut mampu berkerja sama dengan baik ,kerja sama ini akan tercipta apabila kepimpinan dalam sekolah memiliki gaya kepemimpinan yang membuat seluruh komponen berkerja dengan baik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengamatan penulis selama mengajar di SMP Negeri 3 Rupat terhadap Kepala Sekolah selaku manajer penulis melihat gaya kepemimpinan yang ditunjukkan bersifat demokratis,ini sebagai mana dipaparkan pada indikator pada bab pertama makalah ini,indikator tersebut akan penulis analisa dengan teori-teori gaya kepemimpinan saat ini.
Gaya kepeimpinan yang dimiliki oleh kepala Sekolah SMP Negeri 3 Rupat Kab.Bengkalis dapat penulis paparkan sebagai berikut :
1.Memiliki sikap keterbukaan.makdsudnya bahwa kepala sekolah terbuka
terhadap permasalahan yang dihadapi sekolah dan selalu meminta
pendapat pada guru dan pembantu-pembatu kepala sekolah untuk mencari
solusi atau penyelesaiannya.
2.Menyelasikan masalah sekolah dengan jalan musyawarah, maksudnya
Apa-apa saja permasalahan yang dihadapi sekolah kepala sekolah
Memusaywarahkan dengan seluruh komponen sekolah misalnya dalam
Membuat peraturan sekolah,menyusun RKS,KTSP dengan memberikan
3.Transparansi dalam masalah keuangan sekolah, maksudnya bahwa di
Sekolah memiliki dana DOP ,Rutin,dan BOS,dalam penggunaan dana ini
Sebelum dana ini dipergunakan untuk membeli keperluan sekolah maka
dimusyawarahkan terlebih dahulu bersama-sama untuk,kemudian dana ini
akan ditempelkan dipapan pengumuman tentang rincian dana tersebut,




4.Kerja sama dengan komite Sekolah. Kerja sama dengan komite sekolah
Berjalan dengan baik, misalnya membantu membelikan kursi
siswa yang Sudah rusak,ikut musyawarah penentuan pengeluaran dana
sekolah,bahkan Ikut bersama dalam penentuan rapat kenaikan kelas,
pembagian lapor dan Kegiatan lainnya.
Dari beberapa indikator diatas maka gaya kepimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Rupat Kab.Bengkalis menurut penulis memiliki gaya kepimpinan yang demokratis.karena unsur-unsur kepemimpinan tersebut telihat dalam berbagai teori ,disini akan penulis paparkan gaya kepimpinan yang demikratis tersebut.
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini.
• Teori Genetis (Keturunan). Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.



• Teori Sosial. Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
• Teori Ekologis. Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s)., yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).



Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
2. Tipologi Kepemimpinan Dalam praktiknya, dari ketiga gaya
kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di
antaranya adalah sebagian berikut (Siagian,1997).





a).Tipe Otokratis. Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang
memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi
sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
b).Tipe Militeristis. Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Sukar menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
c).Tipe Paternalistis. Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin
yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.
c).Tipe Karismatik. Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki



karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya
mempunyai pengikut yang jumlahnya yang sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
d).Tipe Demokratis. Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama danteamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses



daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Dari keterangan dan penjelasan tentang berbagan macam gaya dan tipe – tipe kepemimpinan,maka tipe yang demokratis merupakan gaya kepimpinan yang ideal dan yang terbaik untuk abad modern,namun untuk menjadi pemimpim yang demokratis bukan suatu yang mudah,namun untuk tercapainya tujuan dari sebuah lembaga pendidikan maka saat ini diperlukan pemimpin yang demikian.
Menurut penulis Seorang pimpina (kepala Sekolah ) harus mempunyai peran antara lain :
1. Sebagai Manajer ,untuk memberikan arahan,petunjuk,pedoman kerja yang jelas
2. Sebagai orang Tua; selalu memberikan perlindungan, nasehat,bimbingan
3. Sebagai teman ; tempat curhat, berdiskusi dalam ,menyelesaikan masalah
4. Sebagai imam; selalu mengajak seluruh komponen untuk tetap fokus Pada tujuan .













BAB IV
KESIMPULAN
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Tipe-tipe kepemimpinan pada umumnya adalah tipe kepemimpinan pribadi, Tipe kepemimpinan non pribadi, tipe kepemimpinan otoriter, tipe kepemimpinan demokratis, tipe kepemimpinan paternalistis, tipe kepemimpinan menurut bakat. Disamping tipe-tipe kepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang mengemukakan menjadi tiga tipe antara lain : Otokratis, Demokratis, dan Laisezfaire. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ; kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik, kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan. Yang selanjutnya bahwa factor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya.
Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebasan
dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.


DAFTAR PUSTAKA
Arief Furchan, Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2004).
Burhanuddin, Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan,
(Malang : Bumi Aksara, 1994).
Dadang Sulaeman dan Sunaryo, Psikologi Pendidikan, (Bandung : IKIP
Bandung, 1983).
I.Nyoman Bertha, Filsafat dan Teori Pendidikan, (Bandung : FIP IKIP
Bandung, 1983).
M. Ngalim Purwanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta : Mutiara Sumber-
Sumber Benih Kecerdasan, 1981).
Maman Suherman, Pengembangan Sarana Belajar, (Jakarta : Karunia,
1986).
Maman Ukas, Manajemen Konsep, Prinsip, dan Aplikasi, (Bandung : Ossa
Promo, 1999).
Marsetio Donosepoetro, Manajemen dalam Pengertian dan
Pendidikan Berpikir, (Surabaya : 1982).
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : Rosdakarya,
1996).
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan Dasar Teoritis untuk Praktek
Profesional, (Bandung : Angkasa, 1983).
Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Konteporer, (Bandung : Alfabeta,
2005).
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah (Tinjauan Teoritik dan
Permasalahannya, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995.

GAYA KEPIMPINAN

Kamis, 20 Oktober 2011

DAFTAR RIWAYAT HIDUP RAMDAN

NAMA

:     RAMDANI







TEMPAT TANGGAL LAHIR :    TELUK LECAH,14 MARET 1970





PERKERJAAN
      GURU







ALAMAT RUMAH
:     RT.01RW.01 JLN.JEND.SUDIRMAN TELUK LECAH KEC.RUPAT KAB.BENGKALIS



:     








ALAMAT KANTOR
:    JLN.JEND.SUDIRMAN TELUKLECAH KEC.RUPAT.KAB.BENGKALISA















HP/TLP

:     082171335949/…...






E MAIL

:    rdhan75@gmail.com






ALAMAT BLOG
:    http/ramdan-myfirsblog.com 





OBSESI

:    menjadi manusia yang bermenfaat untuk orang lain



STATUS

:    KAWIN










     1.ISTERI                   :  MURNI,S.Pd








     2.ANAK                   :  RISKA SYAHIDA







                                           FEBRIANA AZ-ZAHRA




RIWAYAT PENDIDIKAN :    SD (SDN 006 TELUK LECAH RUPAT) 1984







     SMP ( SMPN 02 BENGKLALIS ) 1987








     SMEA BENGKALIS   1990









     IAIN SUSQA PEKANBARU 1995





RIWAYAT PERKERJAAN :   1996 -1997            TENAGA PENGAJAR SMP SWASTA KARYA LESTARI UPAT




:   1998 - SEKARANG TENAGA PENGAJAR SMPN 3 RUPAT






:   1998 - 2008  2008 (MENDIRIKAN MANS S ISTIQAMAH RUPAT D   MAS ISTIQAMAH RUPAT DAN SEBAGAI TENAGA PENGAJAR )



:    2010 - SEKARANG ( MEMBANTU SEBAGAI TENAGA PENGAJAR SMA BINA BAKTI RUPAT) )

Senin, 03 Oktober 2011

artikel ramdani

HIERARKI MANAJEMEN PENDIDIKAN

RAMDANI
SMP NEGERI 3 RUPAT BENGKALIS

Abstrak

Management education is a process to achieve organizational goals by performing the primary functions of management: Plaining, organizing, leading and thus kontroling.dengan management is a continuous activity. division of labor will lead to the superiors and subordinates, if the division of work covers a wide area would pose hierarki.Hierarki or degree in management consists of: top management, middle management and lower management. Division of labor will lead to the superiors and subordinates, if the division of work covers a wide area would pose hierarki. The three levels of management are related and inseparable to achieve the goals of an organization.

Kata Kunci : Hieraki Manajemen Pendidikan


PENDAHULUAN                                       
                   Manajemen merupakan sebuah proses untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan melakukan kegiatan dari empat fungsi utama manajemen yaitu merencanakan (plaining ),meng
Organisasi (organizing),memimpin (leading) dan mengendalikan (controling) dengan demikian bahwa manajemen merupaklan sebuah kegiatan yang berkesinambungan.
           Ilmu manajemen merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang disistemisasi, dikumpulkan dan diterima kebenarannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya metode ilmiah yang dapat digunakan dalam setiap penyelesaian masalah dalam manajemen. Metode ilmiah pada hakikatnya meliputi urutan kegiatan sebagai berikut.
1.Mengetahui adanya persoalan.
2.Mendefinisikan persoalan.
3.Mengumpulkan fakta, data dan informasi.
4.Menyusun alternatif penyelesaian.
5.Mengambil keputusan dengan memilih salah satu alternatif penyelesaian.
6.Melaksanakan keputusan serta tindak lanjut.
Selain manajemen sebagai ilmu, manajemen juga dianggap sebagai seni. Hal ini disebabkan oleh kepemiminan memerlukan kharisma, stabilitas emosi, kewibawaan, kejujuran, kemampuan menjalin hubungan antaramanusia yang semuanya itu banyak ditentukan oleh bakat seseorang dan tidak dapat dipelajari.
Pembagian kerja menimbulkan adanya atasan dan bawahan. Bila pembagian kerja ini mencakup area yang cukup luas akan menimbulkan hirarki. Hirarki diukur dari wewenang terbesar yang berada pada manajer puncak dan seterusnya berurutan ke bawah.Dengan adanya
                                                                                                                                       
hirarki ini, maka setiap karyawan akan mengetahui kepada siapa ia harus bertanggung jawab dan dari siapa ia mendapat perintah.

PEMBAHASAN
            Hierarki atau tingkatan dalam manajemen  adalah sebagai berikut :     1.Top management atau manajemen tingkat atas yang sering disebut dengan executive officer atau top manager. 2.Middle management atau manajeme tingkat.mengenah sering disebut kepala bagian. 3.Lower management atau manejemen tingkat bawah yang dikenal pula dengan istilah manajemen opeerasional (supervisor, kepala seksi, dan mandor). masing-masing tingkatan manajeman memiliki tingkat keterampilan yang berbeda.Inddriyo Gito Sudarmao dan Agus Mulyono(dalam Ndraha : 2003 : 20-25)manajer harus memiliki tiga macam keterrampilan yaitu :
1.keterampilan konsepsional.
Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untukmembuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Keterampilan ini sering disebut sebagai keterampilan kosepsional (conceptional skill). Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk menciptakan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
2Keterampilan komunikasi atau kemanusiaan.
Selain kemampuan konsepsional manajer perlu dilengkapi dengan keterampilan
berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain yang disebut juga dengan keterampilan     kemanusiaan (human skill ).Komunikasi yang persuasif  harus selalu diciptakan oleh pimpinan terhadap bawahan yang dipimpinnya.Komunikasi yang persuasif ( bersahabat,kebapakan ) akan membuat  merasa nyaman,dihargai dan
akan menimbulkan rasa keterbukaan.Keterampilan ini tidak hanya harus  dimilki
manajemen tingkat atas tetapi juga tingkat menengah dan bawah.
3.Keterampilan  Teknis.
Keterampilan terakhir yang merupakan bekal bagi seorang manajer adalah keterampilan teknis (technical skill). Keterampilan ini apda umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu.
                Manajemen pendidikan secara umum memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada administrasi sekolah. Manajemen pendidikan tidak saja menyangkut penataan pendidikan formal (sekolah dan perguruan tinggi) melainkan juga pendidikan non-formal atau pendidikan luar sekolah seperti kursus-kursus, latihan keterampilan, dan sebagainya.Adapun bagian manajemen adalah sebagai berikut :

1.Manajemen Kurikulum
Hal ini berhubungan dengan kegiatan manajemen pendidikan yang meliputi perencanaan kurikulum, metode/cara penyampaian pelajaran, sistem yang digunakan, menyusun kalender akadernik sampai pada evaluasi pelaksanaan kurikulum di lapangan. Pelaksanaan dan pembinaan kurikulum bisa dilaksanakan sebagai berikut:
a. Mempedomani dan merealisasikan apa yang tercantum di dalam kurikulum sekolah  yang                bersangkutan dalam usaha mencapai dasar-dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran.  
                                                                 
b. Menyusun dan melaksanakan organisasi dan kurikulum beserta materi-materi,sumber-   sumber,dan metode-metode pelaksanaannya, disesuaikan dengan pembaharuan pendidikan pengajaran serta kebutuhan masyarakat dan lingkungan sekolah
c. Kurikulum bukanlah sesuatu yang harus diikuti dan diturut begitu saja dengan mutlak tanpa perubahan dan penyimpangan sedikitpun. Kurikulum lebih merupakan pedoman bagi para guru dalam menjalankan tugasnya.
            Dalam menerapkan kurikulum, guru atau pendidik, disamping menuruti dan mengikuti apa yang tercantum didalamnya, berhak dan berkewajiban pula memilih dan menambah materi-materi, sumber-sumber, ataupun metode-metode pelaksanaan yang lebih sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat lingkungan sekolah, dan membuang serta mengurangi apa yang dianggapnya sudah tidak sesuai lagi dengan kemajuan dan kebutuhan masyarakat dan negara pada umumnya. Itulah sebabnya maka pelaksanaan kurikulum perlu mencapai perhatian, dan pembinaan kurikuler harus diusahakan dan dijalankan (Ngalim Purwanto, 2003: 11-12).
Kegiatan manajemen kurikulum pendidikan dilaksanakan sebagai berikut:

a. Perencanaan Kurikulum
    Berkaitan dengan bagaimana materi pelajaran disusun sehingga peserta didik memperoleh  pengalaman belajar untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Semua materi dan kegiatan belajar perlu direncanakan dan disusun dengan sebaik-baiknya agar terbentuk program belajar mengajar yang sistematis dalam mengimplementasikan unit-unit kegiatan belajar. Materi dan pengalaman belajar mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan dimensi vertikal  
b. Pengorganisasian Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah pola atau bentuk pembelajaran yang disusun dan disampaikan    kepada murid.Hal ini merupakan suatu dasar yang amat penting dalam membina kurikulum dan merupakan langkah perbaikan yang berhubungan erat dengan tujuan program pendidikan yang hendak dicapai karena bentuk kurikulum ikut menentukan bahan pelajaran, urutannya dan cara menyajikannya kepada murid.
c. Pelaksanaan Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum mengunakan pendekatan integratif sehingga bahan pengajaran untuk bidang pengembangan disajikan sebagai suatu kesatuan yang bulat dan memperhatikan daya gunanya (aspek pragmatis). Di dalam melaksanakan kurikulum, guru terlebih dahulu merumuskan dan menyusun satuan mingguan dan satuan kegiatan harian.
d. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum
Ada beberapa komponen yang harus diperhatikan dalam menilai kurikulum, yaitu:
1) Isi (muatan pelajaran yang akan disajikan)
2) Pengalaman-pengalaman belajar untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan murid.
3) Organisasi pengalaman belajar dan hubungannya dengan pengalaman lain
4) Cara-cara mengevaluasi hasil belajar murid

2. Manajemen Personalia
 Kegiatan ini meliputi manajemen yang berkaitan dengan upaya perencanaan,pengadaan, pembinaan sampai kepada pendayagunaan pegawai, baik edukatif (seperti guru) maupun pegawai non-edukatif (pegawai tata usaha, pegawai perpustakaan, dan lain-lain          Administrasi guru dan pegawai sekolah menurut  Ngalim purwanto (2003: 10-11) meliputi:

a)   Pengangkatan dan penempatan tenaga guru
b)   Organisasi personal guru-guru
c)   Masalah kepegawaian dan kesejahteraan guru
d)   Rencana orientasi bagi tenaga guru yang baru
e)   Komite dan penilaian kemajuan guru-guru
f)   Pelatihan dalam lingkungan sekolah (inservice training)                
Kegiatan manajemen personalia bisa diselenggarakan antara lain sebagai berikut:
a.   Perencanaan personalia
perencanaan personalia merupakan kegiatan menentukan kebutuhan pegawai, baik secara kuantitatif maupun kualitatif untuk sekarang dan masa depan. Penyusunan rencana personalia yang baik dan tepat memerlukan deskripsi yang cukup jelas tentang pekerjaan atau tugas yang harus dilaksanakan (Mulyasa dalam Ndraha: 2003: 42-43).
b)   Organisasi personalia
Organisasi personalia senantiasa menginginkan agar personil-personilnya melaksanakan tugas secara optimal dan menyumbangkan segenap kemampuannya untuk kepentingan organisasi dengan cara bekerja lebih baik. Di samping itu, pegawai sendiri sebagai manusia juga membutuhkan peringatan dan perbaikan pada dirinya termasuk dalam tugasnya. Pengorganisasian personalia mencakup: pertama, pengadaan pegawai; kedua, pengangkatan dan penempatan pegawai; ketiga, kewajiban dan hak pegawai; keempat, pengembangan pegawai; kelima, peningkatan kesejahteran pegawai, keenam, pemutusan hubungan kerja, ketujuh, penilaian pelaksanaan pekerjaan; kedelapan, buku dan format administrasi kepegawaian (Afifuddin dalam Purwanto: 2003: 92- 104).
c)   Pelaksanaan Personalia
Pelaksanaan dalam personalia ialah agar personil-personil dapat melaksanakan fungsi-fungsinya. Untuk itu diperlukan sistem penilaian pegawai secara objektif dan akurat. Penilaian tenaga kependidikan ini difokuskan pada prestasi individu dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya penting bagi sekolah, tetapi juga bagi pegawai itu sendiri (Mulyasa dalamNdraha: 2003:45). Pelaksanaan manajemen kepegawaian diperlukan sejumlah buku, format dan file pegawai (Afifuddin dalam Purwanto 2004: 104).
d.   Penilaian pelaksanaan pekerjaan
Evaluasi ini merupakan aspek terakhir dalam penanganan personal dan penilaian pelaksanaan pekerjaan dan salah satu syarat untuk kenaikan pangkat seorang pegawai dan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanan program latihan dan pendidikan para pegawai (Afifuddin dalam Purwanto 2003: 104-105).

3.Manajemen Peserta Didik.
            Manajemen peserta didik adalah semua kegiatan administrasi pendidikan yang berhubungan dengan para calon siswa, siswi dan alumni, seperti mengatur penerimaan siswa baru, pengelompokan menurut jurusan, program bimbingan dan penyuluhan, masalah kehadiran, kemajuan akademik, kegiatan ekstrakurikuler dan lain-lainnya. Manajemen murid menurut Ngalim Purwanto (2003: 11) meliputi:
a) Organisasi dan perkumpulan murid
b) Masalah kesejahateran murid
c) Penilaian dan pengukuran kemampuan murid                                                            d) Bimbingan dan penyuluhan murid

4.Manajemen Keuangan
            Manajemen keuangan adalah manajemen pendidikan yang berhubungan dengan pengelolaan pembiyaan pendidikan mulai dan tingkatan perencanaan sampai pada pengukuran (supervisi dan evaluasi) terhadap efesiensi biaya dalam proses pendidikan. Aspek yang berhubungan dengan administrasi keuangan seperti: SPP, DPP, sumber-sumber keuangan lainnya, alokasi pembiyaan dan pertanggung jawaban penggunaannya (Afifuddin dalam Purwanto: 2003: 27). Anggaran manajemen suatu rencana keuangan disusun untuk menyelenggarakan suatu kegiatan dalam jangka waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun. Perputaran anggaran disebut siklus anggaran (budget cyclus). Prosesnya sebagai berikut:

4.1 Fase Perencanaan Keuangan
1) Usulan anggaran
2) Penyusunaan RAPBN
3) RAPBN disampaikan kepada DPR
4.2 Fase Pengorganisasian Keuangan
Pengorganisasian keuangan anggaran pendidikan sebagai realisasi anggaran berpedoman pada azas plafond, azas pengeluaran berdasarkan mata anggaran, azas pengeluaran terbatas
4.3 Fase Pelaksanaan
Setelah menjadi APBN/APBD berarti sudah dapat dilaksanakan kegiatan administrasi untuk mengeluarkan dana sesuai dengan mata anggaran dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4.4 Fase Pengawasan
Fase pengawasan keuangan berpedoman pada prosedur realisasi anggaran maka pengawasan dilakukan dengan dua cara, yaitu: pengawasan melekat dan pengawasan fungsional. Pengawasan melekat ialah pengawasaan yang dilakukan oleh atasan langsung walaupun tugas utamanya bukan sebagai pengawas. Pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang yang fungsinva sebagai pengawas, misalnya pengawas yang dilakukan oleh Inspektur Jenderal di setiap Departemen, atau Badan Pengawas Keuangan
4.5 Fase Pertanggungjawaban
Pemeriksaan dilakukan terhadap karyawan yang bertugas menerima, menyimpan, membukukan, mengeluarkan uang atau pembiyaan, dan membuat surat pertanggung jawaban. ( Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan : 2007)

 5.Manajemen Tata Usaha
       Manajemen Ketatausahaan merupakan kegiatan manajemen pendidikan meliputi pengelolaan pencatatan, pengumpulan, dan penyimpanaan data dan dokumen yang dapat dipergunakan untuk membantu pimpinan dalam pengambilan keputusan, urusan surat menyurat serta laporan mengenai kegiatan sekolah (Afifuddin dalam Purwanto 2003: 37).
Ketatausahaan dalam manajemen pendidikan bisa dilaksanakan diantaranya mulai dari:  a.Perencanaan Tata Usaha
b.Pengorganisasian Tata Usaha
   Pengorganisasian ketatausahan bisa dibentuk dengan manajemen kesekretariatan, tata usaha  bidang pengajaran, pengaturan tata ruang kantor
c.Pengawasan tata usaha.   
                                                                                                           
Pekerjaan dalam bidang tata usaha perlu diperiksa dan diadakan pengawasan agar pekerjaan yang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana dan mencapai hasil yang optimal.  hal-hal yang dapat dijadikan sasaran pengawasaan antara lain:
1)    Mutu basil kerja
2)    Kesungguhan, kerajinaan dan kecakapaan para pegawai
3)    Pemakaian uang secara sah dan efisen
4)    Pembelian, penggunaan dan pemeliharaan barang perbekalan yang tepat
5)    Penataan dan pemakaian ruang kerja yang baik
6)    Penggunaan waktu untuk kepentingan yang bersangkutan
7)    Metode kerja ( Purwanto : 2003 )

6.Manajemen Sarana dan Prasarana
 Kegiatan manajemen pendidikan yang dilakukan berhubungan dengan sarana dan prasarana yang langsung atau tidak langsung menujang proses pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, seperti: pengaturan tata letak bangunan, pemeliharaan laboratorium, perpustakaan, alat-alat sekolah, dan lain-lain.
Kegiatan manajemen sarana prasarana penididikan bisa dilaksanakan sebagai berikut:
a. Perencanaan sarana prasarana
b. Organisasi sarana prasarana
c. Pelaksanaan sarana pasarana  (Afifuddin dalam Purwanton:2003: 53 )
Pelaksanaan pengawasan umum yang mencakup segi administrasi dan teknis pelaksanaan meliputi seluruh kegiatan pengurusan barang mulai dan pencataan, pengendalian, pengamatan penyimpangan atau pengamatan pemeliharaan barang inventaris, perubahan status barang tuntutan perbendaharaan dan tuntutan ganti rugi (Afifuddin dalam Purwanto: 2003: 122)

 6.Manajemen Tata Hubungan Masyarakat
            Manajemen tata hubungan dengan masyarakat ialah kegiatan adiministrasi pendidikan yang mengelola hubungan masyarakat dengan sekolah. Masyarakat itu bisa perseorangan atau orang tua siswa atau organisasi lain yang dianggap mendukung pencapaian tujuan proses pendidikan secara keseluruhan, seperi BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaran Pendidikan) . Hendaknya semua hubungan itu merupakan hubungan kerjasama yang bersifat pedagogis, sosiologis dan produktif, yang dapat mendatangkan keuntungan dan perbaikan serta kemajuan bagi kedua pihak. Untuk itu kepala sekolah memegang peran yang penting dan menentukan (Ngalim purwanto, 2003: 12-13). Kegiatan manajemen tata hubungan masyarakat bisa dilaksanakan dengan cara sebagai beikut:
a. Perencanaan Tata Hubungan Masyarakat
Perencanaan manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain: pembentukan kualitas pembelajaran, meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat dan mengarahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan sekolah (Mulyasa dalam Ndraha 2003: 51).
Perencaaan tata hubungan masyarakat yaitu untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi organisasi di suatu pihak dan publik di lain pihak. Untuk menciptakannya dengan jalan komunikasi yang baik dan luas secara timbal balik (Afifuddin,dalam Purwanto 2003:144).


b. Pengorganisasian tata hubungan masyarakat
Pengorganisasian manajemen hubungan masyarakat bisa dibuat mulai dari gambaran dari kondisi sekolah yang dapat diinformasiakan kepada masyarakat melalui laporan kepada orang tua murid, buletin bulanan, penerbitaan surat kabar, pameran sekolah, kunjungan ke rumah murid, penjelasan oleh staf sekolah, murid, radio, dan televisi, serta laporan tahunan (Mulyasadalam Ndrahas : 2003: 51).
c. Pelaksanaan tata hubungan masyarakat
Pendekatan dan pelaksanaan kerjasama merupakan realitas tujuan kerjasama dan wadah komunikasi timbal balik seperti: meningkatkan hubungan erat yang serasi, kerjasama dan tanggung jawab kerjasama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah; mendorong meningkatkan hubungan timbal balik antara organisasi maupun perorangan; membantu kelancaran pendidikan dengan tidak mencampuri urusan orang lain; mengusahakan bantuan dari masyarakat berupa benda atau alat dan keuangan guna membantu kelancaran kegiatan masyarakat (Afifuddin dalam Purwanto 2003: 147).
d. Pengawasan tata hubungan masyarakat
Pengawasan pendidikan bisa menggunakan laporan tahunan yang disusun oleh kepala sekolah untuk diberikan kepada pengawas sekolah atau kepala kantor Kemenag/Kemendiknas atau kepada atasannya.
Simpulan dan Saran :
            Simpulan dari artikel ini ,bahwa didalam manajemen pendidikan terdapat berbgai tingkatan ( hierarki ) yaitu  1.Manajemen tingkat Atas 2.Menajemen Tingkat menengah 3.Manajemen tingkat bawah,ketiga tingkatan ini saling mempengaruhi untuk sebuah keberhasilan dalam mencapai tujuan sebuah organisasi termasuklah Lembaga Pendidikan.Implementasi yang harus dilaksana-
kan seperti : Kurikulum,peserta didik ,personalia,keuangan,sarana dan prasarana         
dan hubungan dengan masyarakat.
            Dari artikel ini dapat kita mengambil berbagai ilmu  baik itu manajer atau
Kepala sekolah,guru dalam membelajarkan peserta didik,tata usaha dan seluruh
kompenen yang mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan.Dari artikel ini kekurangan yang jelas terlihat untuk itu keritikan dan saran diharapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan artikel ini.
Daftar Pustaka.
Faizah,Hasnah.2011.Menulis Karangan Ilmiah.pekanbaru:Cendikia Insani
__________    2011.Filsafat Ilmu.Pekanbaru,Cendikia Insani
Taliziduhu Ndraha,2003. Budaya organisasi, (Jakarta : Rineka Cipta,)
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
2007.Materi Pembinaan Profesi Kepala Sekolah/Madrasah: Departemen
                      Pendidikan Nasinal
Purwanto,Ngalim.2003.Kapita Selekta Pendidikan Islam,Jakarta:Bumi Aksara

tugas mata kuliyah psikologi


Ada berbagai rumusan yang dikemukakan orang dalam upaya menjawab pertanyaan dengan melihat pendidikan dari salah satu aspek kehidupan tertentu atau kacamata disiplin keilmuan tertentu. Misalnya pandangan sosiologik melihat pendidikan dari aspek sosial antara lain mengartikan bahwa Pendidikan adalah sebagai usaha mentransformasikan pengetahuan dari generasi kegenerasi.Pandangan lain di lihat dari aspek budaya menyebutkan bahwa pedidikan itu adalah sebagai usaha pemindahan pengetahuan dan nilai – nilai kepada generasi berikutnya. Sedangkan pandangan Psikologik melihat pendidikan dari aspek tingkah laku individu, antara lain mengartikan pendidikan sebagai perkembangan kapasitas individu secara optimal. Pandangan dari sudut ekonomi antara lain melihat bahwa pendidikan itu adalah sebagai usaha penanaman modal insan (Human Investmen), dan yang terakhir dilihat dari sudut pandang politik antara lain melihatnya sebagai pembinaan usaha kader bangsa.
                  Dari uraian diatas kita dapat menarik benang merahnya bahwa pendidikan itu adalah suatu kebutuhan yang akan menjamin kelangsungan hidup bagi setiap manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya proses dari pendidikan itu sendiri dimana pada masa sekarang ini, seseorang yang berpendidikan akan memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan dalam masyarakat.
Nah, untuk mendukung hal tersebut tentunya diperlukan metode-metode ataupun cara-cara yang akan membuat peserta didik mampu menyerap dan memahami materi apa yang akan kita sampaikan yang nantinya kapasitas kita tentu saja akan menjadi seorang pendidik. Selain dengan metode atau cara-cara yang efektif kita juga harus mampu memahami peserta didik secara personal maupun secara kelompok.
                Dalam ilmu psikologi bahwa manusia mengalami masa perkembangan mulai dari anak-anak,remaja,hingga dewasa.Dalam dunia pendidikan tingkat menengah  (SMP/SMA )  perkembangan anak terletak pada masa usia remaja dimana pada masa ini tingkat perkembangan jiwanya masih labil dan sangat dipengaruhi oleh lingkungannya,karena mereka tengah mencari identitas atau jati dirinya.Fuhrmann(dalam Saam .2010:31) mengatakan dalam pembentukan identitas diri remaja akan mengalami kerisis yaitu mengalami kebingungan atau kekacauan dalam menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang dihadapi,masalah hubungan sosial,masalah emosional dan masalah belajar.
                 Guru merupakan komponen yang terpenting dalam pendidikan,bahkan guru dapat juga dikatakan sebagai orang tua kedua setelah ibu dan bapaknya didalam rumah tangga yang  mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pembelajaran dan pemberian bimbingan kepada peserta didik,sehingga seorang guru harus mampu menjadi orang tua yang baik disekolah.Pekerjaan seorang guru adalah perkerjaan propesional yang memerlukan informasi  dan teori-teori baru agar tidak ketinggalan (Saam :2010 : 6) menyatakan caranya antara lain :
1.Bertanya kepada guru-guru senior
2.Bertanya kepada pendidik
3.Membaca buku-buku pendidikan dan psikologi
4.Membaca majalah propesional
5.Membaca-jurnal-jurnal penelitian
6.mengikuti pertemuan ilmiah,seminar dan lokakarya
7.Mengikuti kegiatan organisasi profesi pendidikan seperti KKG dan MGMP          
                      Selain hal diatas sebagai seorang guru yang sangat menentukan keberhasilan siswa dikelas dalam proses pembelajaran,guru harus  memiliki keterrampilan ,diantaranya adalah keterampilan berkomunikasi dengan siswa dalam proses pembelajaran Saam (2010 : 38 ) menyatakan seorang guru harus memiliki keterampilan personal yaitu :
A.Komunikasi Verbal ( Komunikasi berupa kata-kata/lisan).
               Dale Garnegie (dalam Saam :2010 : 39 ) agar komunikasi berkualitas menyebut 12 prinsip sebagai berikut :
1.  menghindari perdebatan
2.  menghargai pandangan orang lain,dan jangan mengatakan “anda salah “
3.  akui kesalahan dengan segera dan sepenuh hati bila anda salah
4.  memulai dengan bersahabat
5.  membuat orang lain segera mengatakan “ya”
6.  membiasakan orang lain berbicara lebih banyak
7.  membiarkan orang lain bahwa itu adalah gagasannya
8.  memandang sesuatu dari sudut pandang lawan berbicara
9.  menunjukan simpati atas gagasan orang lain
10.mengajak orang berpikir motif yang lebih tinggi
11.mendramatisasi gagasan anda sendiri
12.menyampaikan suatatu tantangan
B.Komunikasi Non Verbal ( perilaku selain kata-kata )
                  Komunikasi non verbal mempunyai sejumlah fungsi yaitu mengekspresikan emosi dan sikap,menyamakan percakapan dan melengkapi pembicaraan .komunikasi non verbal terdiri dari :
1.ekspresi wajah
2.tatapan mata
3.belaian
4.bersalaman
5.posisi dan jarak duduk
6.anggukan kepala                                                                                                                                     Salah  satu indikator keberhasilan pendidikan secara mikro di tataran  pembelajaran level kelas adalah tatkala seorang guru mampu membangun motivasi belajar para siswanya. Jika siswa-siswa itu dapat ditumbuhkan motivasi belajarnya, maka sesulit  apa pun materi pelajaran atau proses pembelajaran yang diikutinya niscaya mereka akan menjalaninya dengan "enjoy" dan "pede". 










BAB II
PEMBAHASAN
                  Tulisan ini mencoba mengangkat apa itu motivasi, belajar, dan pentingnya      motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
A.PengertianMotivasi
                  Banyak pakar yang merumuskan defenisi motivasi sesuai dengan kajian yang diperdalminy. Rumusannya beraneka ragam, sesuai dengan sudut pandang dan kajian perspektif bidang telaahnya. Namun demikian, ragam definisi tersebut memiliki ciri dan kesamaan. Di bawah ini dideskripsikan beberapa kutipan
pengertian 'motivasi'.
 Michel J. Jucius (Onong Uchjana Effendy, 1993: 69-70) menyebutkan 'motivasi' sebagai
"kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki".
 Menurut Dadi Permadi (2000: 72) 'motivasi' adalah "dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif".
Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (2004: 64-65), apa saja yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya.
Lantas, Nasution (2002: 58), membedakan antara 'motif' dan 'motivasi'. Motif adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi, sehingga orang itu mau atau ingin melakukannya.
                  Berdasarkan deskripsi  'motivasi'Penulis  menyimpulkan bahwa “Motivasi “:segala yang dapat mendorong sesorang untuk melakiukan sesuatu atau kegiatan atau usaha seseorang untuk memberikan dorongan kepada orang lain untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”.
                 Motivasi dapat diklasifikasikan menjadi dua: (1) motivasi intrinsik, yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang; dan (2) motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelas-sekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi)
B.Pengertian Belajar
                  Banyak definisi yang diberikan tentang 'belajar'. Misalnya Gage (1984), mengartikan 'belajar' sebagai suatu proses di mana organisma berubah perilakunya.
Cronbach mendefinisikan belajar: "learning is shown by a change in behavior as a result of experience" (belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan dalam perilaku individu sebagai hasil pengalamannya). Harold Spears mengatakan bahwa: learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction" (belajar adalah untuk mengamati, membaca, meniru, mencoba sendiri sesuatu, mendengarkan, mengikuti arahan). Adapun Geoch, menegaskan bahwa: "learning is a change in performance as result
of practice." (belajar adalah suatu perubahan di dalam unjuk kerja sebagai hasil praktik).
Kemudian, menurut Ratna Willis Dahar (1988: 25-26), "belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku yang diakibatkan oleh pengalaman". Paling sedikit ada lima macam perilaku perubahan pengalaman dan dianggap sebagai faktor-faktor penyebab dasar dalam belajar: Pertama, pada tingkat emosional yang paling primitif, terjadi perubahan perilaku diakibatkan dari perpasangan suatu stimulus tak terkondisi dengan suatu stimulus terkondisi. Sebagai suatu fungsi pengalaman, stimulus terkondisi itu pada suatu waktu memeroleh kemampuan untuk mengeluarkan respons terkondisi. Bentuk semacam ini disebut responden, dan menolong kita untuk memahami bagaimana para siswa menyenangi atau tidak menyenangi sekolah atau bidang-bidang studi. Kedua, belajar kontiguitas, yaitu bagaimana dua peristiwa dipasangkan satu dengan yang lain pada suatu waktu, dan hal ini banyak kali kita alami. Kita melihat bagaimana asosiasi ini dapat menyebabkan belajar dari 'drill' dan belajar  stereotipe-stereotipe.
Ketiga, kita belajar bahwa konsekuensi-konsekuensi perilaku memengaruhi apakah perilaku itu akan diulangi atau tidak, dan berapa besar pengulangan itu. Belajar semacam ini disebut belajar operant. Keempat, pengalaman belajar sebagai hasil observasi manusia dan kejadian-kejadian. Kita belajar dari model-model dan masing-masing kita mungkin menjadi suatu model bagi orang lain dalam belajar observasional. Kelima, belajar kognitif terjadi dalam kepala kita, bila kita melihat dan memahami peristiwa-peristiwa di sekitar kita, dan dengan insight, belajar menyelami pengertian.
Akhirnya, Depdiknas (2003) mendefinisikan 'belajar' sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi dan/atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti, yakni hasil ulangan para siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi guru jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam
membangun gagasannya.
                  Dengan kata lain, partisipasi guru harus selalu menempatkan pembangunan pemahaman itu adalah tanggung jawab siswa itu sendiri, bukan guru. Misalnya, bila siswa bertanya tentang sesuatu, maka pertanyaan itu harus selalu dikembalikan dulu kepada siswa itu atau siswa lain, sebelum guru memberikan bantuan untuk menjawabnya. Seorang siswa bertanya, "Pak/Bu, apakah tumbuhan punya perasaan?" Guru yang baik akan mengajukan balik pertanyaan itu kepada siswa lain sampai tidak ada seorang pun siswa dapat menjawabnya. Guru kemudian berkata, "Saya sendiri tidak tahu, tetapi bagaimana jika kita melakukan percobaan?".
                  Jadi, berdasarkan deskripsi di atas,menurut penulis 'belajar' dapat dirumuskan sebagai proses peniruan,penerimaan informasi baik secara langsung(pengalamannya sendiri) maupun tidak   (informasi dari oranglain ) sehingga siswa mampu membangun gagasan/pemahaman sendiri untuk berbuat, berpikir, berinteraksi sendiri secara lancar dan termotivasi tanpa hambatan guru; baik melalui pengalaman mental, pengalaman fisik, maupun pengalaman sosial.
                  Setelah kita memahami pengertian motivasi dan belajar,maka tugas seorang guru dikelas bagaimana usahanya untuk memotivasi para siswa agar mereka tertarik dan menyenangi setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, proses ini akan membuat peningkatan prestasi belajar siswa akan semakin baik. Dalam kegiatan pembelajaran pemberian motivasi sebagai langkah awal yang akan memacu aktivitas-aktivitas kegiatan siswa sehingga siswa dapat memusatkan pikiran .perasaan serta emosionalnya terhadap pembelajaran yang akan kita laksanakan didalam kelas.
Gage dan Berliner (1984) mengungkapkan, tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar. Jadi, seseorang siswa yang menaruh minat terhadap materi pelajaran, biasanya perhatiannya akan lebih intensif dan kemudian timbul motivasi dalam dirinya untuk mempelajari materi pelajaran tersebut. Di sini, motivasi belajar dapat didefinisikan sebagai usaha-usaha seseorang (siswa) untuk menyediakan segala daya (kondisi-kondisi) untuk belajar sehingga ia mau atau ingin melakukan proses pembelajaran.
                  Dengan demikian, motivasi belajar dapat berasal dari diri pribadi siswa itu sendiri (motivasi intrinsik/motivasi internal) dan/atau berasal dari luar diri pribadi siswa (motivasi ekstrinsik/motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi ini jalin-menjalin atau kait mengait menjadi satu membentuk satu sistem motivasi yang menggerakkan siswa untuk belajar. Jelaslah sudah pentingnya motivasi belajar bagi siswa. Ibarat seseorang menjalani hidup dan kehidupannya, tanpa dilandasi motivasi maka hanya kehampaanlah yang diterimanya dari hari ke hari. Tapi dengan adanya motivasi yang tumbuh kuat dalam diri seseorang maka hal itu akan merupakan modal penggerak utama dalam melakoni dunia ini hingga nyawa seseorang berhenti berdetak. Begitu pula dengan siswa, selama ia menjadi pembelajar selama itu pula membutuhkan motivasi belajar guna keberhasilan proses pembelajarannya. 
                  Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam memo-
tivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti yang diungkapkan sardiman (2005 : 92-94)   yaitu sebagai berikut :                                                                                                                                                                                                                        1.Memberi  Angka
                    Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya. Banyak siswa yang justru untuk mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga yang dikejar hanyalah nilai ulangan atau nilai raport yang baik. Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat. Yang perlu diingat oleh guru, bahwa pencapaian angka-angka tersebut belum merupakan hasil belajar yang sejati dan bermakna. Harapannya angka-angka tersebut dikaitkan dengan nilai afeksinya bukan sekedar kognitifnya saja.
2. Hadiah
                  Hadiah dapat menjadi motivasi yang kuat, dimana siswa tertarik pada bidang tertentu yang akan diberikan hadiah. Tidak demikian jika hadiah diberikan untuk suatu pekerjaan yang tidak menarik menurut siswa.
3. Kompetisi
                  Persaingan, baik yang individu atau kelompok, dapat menjadi sarana untuk meningkatkan motivasi belajar. Karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik.
4. Ego-involvement
                  Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Bentuk kerja keras siswa dapat terlibat secara kognitif yaitu dengan mencari cara untuk dapat meningkatkan motivasi.
5. Memberi Ulangan
             Para siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan diadakan ulangan. Tetapi ulangan jangan terlalu sering dilakukan karena akan membosankan dan akan jadi rutinitas belaka.
6. Mengetahui Hasil
                  Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Dengan mengetahui hasil belajarnya, siswa akan terdorong untuk belajar lebih giat. Apalagi jika hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
7. Pujian
                   Apabila ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan memberikan motivasi yang baik bagi siswa. Pemberiannya juga harus pada waktu yang tepat, sehingga akan memupuk suasana yang menyenangkan dan mempertinggi motivasi  belajar serta sekaligus akan membangkitkan harga diri.
8. Hukuman
              Hukuman adalah bentuk reinforcement yang negatif, tetapi jika diberikan secara tepat dan bijaksana, bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman tersebut.
                   Hal senada juga diungkapkan oleh  Fathurrohman dan Sutikno (2007: 20) motivasi siswadapat ditumbuhkan melalui beberapa cara yaitu:
a). Menjelaskan tujuan kepada peserta didik.
              Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih dahulu seorang guru menjelaskan mengenai Tujuan Instruksional Khusus yang akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka makin besar pula motivasi dalam belajar.
b). Hadiah.
               Hadiah akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat lagi. Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
c). Saingan/kompetisi.
              Guru berusaha mengadakan persaingan di antara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
         d). Pujian.
                Siswa yang berprestasi sudah sewajarnya untuk diberikan penghargaan atau pujian. Pujian yang diberikan bersifat membangun. Dengan pujian siswa akan lebih termotivasi untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi.
e). Hukuman.
                  Hukuman akan diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya. Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa adalah hukuman yang bersifat mendidik seperti mencari artikel, mengarang dan lain sebagainya.
f).  Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk belajar.
                 Strateginya adalah dengan memberikan perhatian maksimal ke peserta didik. Selain itu, guru juga dapat membuat siswa tertarik dengan materi yang disampaikan dengan cara menggunakan metode yang menarik dan mudah dimengerti siswa.
g) Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
                       Kebiasaan belajar yang baik dapat dibentuk dengan cara adanya jadwal  belajar.
h) Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara individual maupun                            kelompok.
                   Membantu kesulitan peserta didik dengan cara memperhatikan proses dan hasil belajarnya.  Dalam proses belajar terdapat beberap unsur antara lain yaitu penggunaan metode untuk mennyampaikan materi kepada para siswa. Metode yang menarik yaitu dengan gambar dan tulisan warna-warni akan menarik siswa untuk  mencatat dan  mempelajari materi yang telah disampaikan..
i)  Menggunakan metode yang bervariasi.
                   Metode yang bervariasi akan sangat membantu dalam proses belajar dan mengajar. Dengan adanya metode yang baru akan mempermudah guru untuk menyampaikan materi pada siswa.
j) Menggunakan media yang baik, serta harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.
              Media yang baik dan menarik akan membantu proses belajar dan akan membantu guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran sehingga akan menarik perhatian siswa dalam belajar.











BAB III
KESIMPULAN
                  Dari hasil pembahasan tentang cara-cara meningkatkan motivasi belajar siswa dikelas dapat  disimpulkan sebagai berikut:
1.Dalam proses pembelajaran dikelas,agar siswa termotivasi untuk mengikuti proses    pembelajaran,maka sebagai seorang guru harus memiliki keterampilan,dalam menyampaikan materi ajar maupun dalam pengelolaan,serta memahami setiap perkembangan yang terjadi pada setiap siswa,sehingga nanti seorang guru akan memberikan pelayanan yang tepat sehingga siswa akan termotivasi dalam belajar kemudian ini akan berakibat meningkatnya prestasi belajar siswa.
2.Dalam upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,guru harus menentukan cara-cara yang tepat agar siswa benar-benar termotivasi,sehingga  peroses  pembe –
   belajaran didalam kelas berjalan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.   
3.Seorang guru yang baik,tidak hanya mentrasperkan pengetahuan kepada siswa,
 Dimana siswa sebagai pendengar yang baik.sehingga diharapkan seluruh siswa ikut   terlibat dalam proses pembelajaran.Guru disini sebagai motivator dan fasilisator dalam kegiatan proses pembelajaran.
   
                                   

DAFTAR PUSTAKA.
Saam,Zulfan.2010.Psikologi Pendidikan.Pekanbaru : UR Press
Sardiman,A.M.1990.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta : CV.Rajawali
Purwanto,Ngalim.1998.Psikologi Pendidikan.Bandung :PT.Remaja Rosda Karya
Nasution,S.1995.Dikdaktik Asas Asas Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara
Sabri,M.Ali.2001.Pengantar Psikologi Umum Dan Perkembangan.Jakarta :                 CV.Pedoman Ilmu Jaya